PENTINGNYA MENABUNG

PENTINGNYA MENABUNG
BERGABUNGLAH DENGAN ASURANSI SINARMAS MSIG DEMI CITA - CITA

Jumat, 08 Februari 2013

cara menangani keracunan

Mengatasi Keracunan

Benda-benda di sekeliling kita ternyata bisa menjadi sumber racun yang mematikan, Iho! Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menangkal keracunan, terutama pada anak-anak? Benarkah susu dan air kelapa muda dapat menghilangkan gejala keracunan?

Pasti Anda sering mendengar, puluhan siswa sekolah dasar mengalami keracunan setelah mengonsumsi susu bantal dari penjual dagang keliling, atau sejumlah pekerja pabrik keracunan setelah mengonsumsi nasi bungkus. Untungnya, nyawa para korban tadi masih dapat ditolong.

Berbagai kasus tadi telah membuktikan, keracunan bisa terjadi kapan dan di mana saja, tanpa peringatan terlebih dahulu. Dan meskipun contoh tadi hanya menunjukkan dua peristiwa keracunan yang diakibatkan makanan, namun sebenarnya terdapat sejumlah jenis keracunan lain yang tak kalah berbahaya.

Nah, untuk mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk keracunan, Dra. Daya Sundari S. M.Si., Apt., dan Drs. Maurits Sitepu, Apt. dari Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKer Nas) akan menjelaskannya secara panjang lebar. “Keracunan bisa diartikan sebagai masuknya bahan*-bahan asing ke dalam tubuh, melewati dosis yang dibutuhkan tubuh,” jelas Maurits.

Hingga saat ini, lanjutnya, kasus keracunan yang banyak terjadi, selain karena makanan, juga disebabkan karena menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida atau dari tumbuhan dan hewan beracun.

JENIS-JENIS KERACUNAN
Secara garis besar, papar Maurits, keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu makanan, bahan kimia, pestisida, alam, dan obat-obatan. Kelima bahan penyebab ini dapat dijabarkan lagi menjadi obat, napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), kimia industri dan rumah tangga, pestisida pertanian dan rumah tangga, makanan dan minuman, obat tradisional, tanaman beracun, pencemar. lingkungan dan hewan berbisa.

Pada intinya, segala sesuatu yang mengandung zat pelarut kimiawi dapat mengakibatkan keracunan bagi penggunanya jika tidak ditangani secara benar. “Misalnya pada bahan kimia rumah tangga, seperti detergen, sabun cuci, dan parfum. Atau pada pestisida rumah tangga, seperti obat nyamuk dan racun tikus,” papar Maurits.

Jenis pestisida lainnya, dapat mudah ditemukan pada bahan-bahan yang dimanfaatkan untuk industri pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Begitu juga dengan obat, imbuh Maurits, misalnya parasetamol, meskipun bertujuan untuk menyembuhkan penyakit, jika disalahgunakan juga dapat dikategorikan sebagai penyebab keracunan. Contoh-contoh tadi menunjukkan, benda-benda penyebab keracunan sebenarnya berada sangat dekat dengan keseharian setiap orang.

Sedangkan racun alam, lanjut Daya, terdapat dalam tanaman atau hewan beracun. Misalnya singkong beracun atau gigitan ular berbisa. Udara yang dihirup manusia pun bisa menyebabkan keracunan jika terlalu banyak mengandung karbon monoksida. “Darah seharusnya mengikat oksigen, sehingga jika terlalu banyak karbon monoksida yang terhirup, maka zat itulah yang diikat darah, yang lalu menyebabkan keracunan,” urai Daya lagi.

Kendati demikian, menurut Maurits, tingkat kasus keracunan makanan di Indonesia masih tinggi. “Hal ini bisa disebabkan karena fisik, seperti paku yang tertinggal pada makanan, bisa juga karena cemaran mikroba,” imbuh Daya. Penyebab lainnya, ditenggarai karena buruknya higienitas dan sanitasi pada proses pembuatan, pengolahan, dan pe*nyimpanan makanan. Sehingga menyebabkan adanya bahan tambahan makanan (bakteri atau zat berbahaya) yang tak memenuhi persyaratan.

Uniknya, hal sederhana seperti membungkus, atau menyimpan makanan dalam wadah ketika masih panas pun ternyata bisa menyebabkan mikroba tumbuh dan menyebabkan keracunan, Iho!

PENYEBAB SULIT DIKENALI
Dari contoh jenis-jenis keracunan tadi, dapat disimpulkan, keracunan dapat terjadi tak hanya melalui mulut (oral)

Mengatasi Keracunan

Benda-benda di sekeliling kita ternyata bisa menjadi sumber racun yang mematikan, Iho! Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menangkal keracunan, terutama pada anak-anak? Benarkah susu dan air kelapa muda dapat menghilangkan gejala keracunan?

Pasti Anda sering mendengar, puluhan siswa sekolah dasar mengalami keracunan setelah mengonsumsi susu bantal dari penjual dagang keliling, atau sejumlah pekerja pabrik keracunan setelah mengonsumsi nasi bungkus. Untungnya, nyawa para korban tadi masih dapat ditolong.

Berbagai kasus tadi telah membuktikan, keracunan bisa terjadi kapan dan di mana saja, tanpa peringatan terlebih dahulu. Dan meskipun contoh tadi hanya menunjukkan dua peristiwa keracunan yang diakibatkan makanan, namun sebenarnya terdapat sejumlah jenis keracunan lain yang tak kalah berbahaya.

Nah, untuk mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk keracunan, Dra. Daya Sundari S. M.Si., Apt., dan Drs. Maurits Sitepu, Apt. dari Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKer Nas) akan menjelaskannya secara panjang lebar. “Keracunan bisa diartikan sebagai masuknya bahan-bahan asing ke dalam tubuh, melewati dosis yang dibutuhkan tubuh,” jelas Maurits.

Hingga saat ini, lanjutnya, kasus keracunan yang banyak terjadi, selain karena makanan, juga disebabkan karena menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida atau dari tumbuhan dan hewan beracun.

JENIS-JENIS KERACUNAN
Secara garis besar, papar Maurits, keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu makanan, bahan kimia, pestisida, alam, dan obat-obatan. Kelima bahan penyebab ini dapat dijabarkan lagi menjadi obat, napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), kimia industri dan rumah tangga, pestisida pertanian dan rumah tangga, makanan dan minuman, obat tradisional, tanaman beracun, pencemar. lingkungan dan hewan berbisa.

Pada intinya, segala sesuatu yang mengandung zat pelarut kimiawi dapat mengakibatkan keracunan bagi penggunanya jika tidak ditangani secara benar. “Misalnya pada bahan kimia rumah tangga, seperti detergen, sabun cuci, dan parfum. Atau pada pestisida rumah tangga, seperti obat nyamuk dan racun tikus,” papar Maurits.

Jenis pestisida lainnya, dapat mudah ditemukan pada bahan-bahan yang dimanfaatkan untuk industri pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Begitu juga dengan obat, imbuh Maurits, misalnya parasetamol, meskipun bertujuan untuk menyembuhkan penyakit, jika disalahgunakan juga dapat dikategorikan sebagai penyebab keracunan. Contoh-contoh tadi menunjukkan, benda-benda penyebab keracunan sebenarnya berada sangat dekat dengan keseharian setiap orang.

Sedangkan racun alam, lanjut Daya, terdapat dalam tanaman atau hewan beracun. Misalnya singkong beracun atau gigitan ular berbisa. Udara yang dihirup manusia pun bisa menyebabkan keracunan jika terlalu banyak mengandung karbon monoksida. “Darah seharusnya mengikat oksigen, sehingga jika terlalu banyak karbon monoksida yang terhirup, maka zat itulah yang diikat darah, yang lalu menyebabkan keracunan,” urai Daya lagi.

Kendati demikian, menurut Maurits, tingkat kasus keracunan makanan di Indonesia masih tinggi. “Hal ini bisa disebabkan karena fisik, seperti paku yang tertinggal pada makanan, bisa juga karena cemaran mikroba,” imbuh Daya. Penyebab lainnya, ditenggarai karena buruknya higienitas dan sanitasi pada proses pembuatan, pengolahan, dan penyimpanan makanan. Sehingga menyebabkan adanya bahan tambahan makanan (bakteri atau zat berbahaya) yang tak memenuhi persyaratan.

Uniknya, hal sederhana seperti membungkus, atau menyimpan makanan dalam wadah ketika masih panas pun ternyata bisa menyebabkan mikroba tumbuh dan menyebabkan keracunan, Iho!

PENYEBAB SULIT DIKENALI
Dari contoh jenis-jenis keracunan tadi, dapat disimpulkan, keracunan dapat terjadi tak hanya melalui mulut (oral) saja. Jalur paparan racun dapat masuk ke dalam tubuh juga bisa melalui pernafasan, kontak dengan kulit atau mata, dan suntikan. “Jadi, jangan menganggap keracunan hanya berbahaya jika melalui mulut saja,” tandas Maurits.

Seseorang yang terkena keracunan, lanjutnya, akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan penyebabnya. Akan tetapi, secara umum gejala-gejala keracunan bisa terlihat dari luka fisik seperti luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir akibat menelan racun, atau bau nafas seperti bahan kimia jika menelan cat atau minyak tanah.

Lain lagi dengan orang yang mengalami keracunan makanan. Ia biasanya akan mengalami gejala seperti muntah, sulit bernafas, berkeringat, peningkatan produksi air mata dan air liur, diare, pusing, linglung, terkadang kejang, pingsan, bahkan bisa sampai koma. Dan biasanya, kata Maurits, tanda-tanda ini muncul selang beberapa menit hingga dua jam, pasca menelan suatu makanan.

Sayangnya, masih banyak orang mengalami kesulitan untuk menentukan penyebab keracunan, sekaligus cara menyembuhkannya. Terlebih jika bahan penyebab keracunan belum diketahui, karena korban tak sadarkan din atau tidak ada saksi ketika keracunan tenjadi.

Bila hal ini terjadi, saran Maurits, segera perhatikan keadaan sekeliling korban, mulai dari makanan sampai kemungkinan penyalahgunaan obat. Usahakan juga agar wadah makanan, yang dapat dicurigai sebagai bekas bahan beracun, atau memeriksa muntahan korban yang kemudian diselidiki pihak berwenang.

Namun, langkah utama yang harus dilakukan jika terjadi keracunan di sekitar adalah tetap tenang agar penyebab keracunan dapat diketahui, serta mengutamakan keselamatan jiwa korban dan penolongnya. "Kasus keracunan bisa ditangani asalkan belum terlambat. Jadi, hitungan waktu sangat berperan penting dalam mengatasi keracunan,” tegas Maurits. Karenanya, korban harus segera dibawa ke rumah sakit atau tempat pertolongan medis terdekat.

JANGAN DIMUNTAHKAN!
Lantas, apa yang dapat dilakukan selama tenggang waktu sampai korban keracunan dirawat oleh pihak medis? “Usahakan agar korban tetap sadar dan jangan panik,” ucap Daya. Ibu tiga anak ini juga mengingatkan, jangan pernah memberikan apapun kepada pasien yang sedang dalam kondisi tak sadarkan diri. Apalagi, nekat membuat korban muntah tanpa mengetahui penyebabnya.

Cara membuat muntah orang keracunan ini memang sering dilakukan oleh masyanakat, dengan tujuan agar racun dapat segera keluar dari tubuh. Padahal, menurut Maurits, cara tadi sebenarnya justru bisa membahayakan nyawa korban!

“Pada beberapa kasus keracunan, akibatnya akan lebih fatal jika dimuntahkan,” ungkap ayah tiga putri ini. Misalnya pada keracunan minyak tanah, sebenarnya jika didiamkan dalam waktu 3-4 jam, korban akan merasa nyaman kembali. Sebaliknya, lanjut Kepala Sub Bidang Toksikovigilans ini, jika dimuntahkan, satu tetes saja minyak tanah tadi masuk ke dalam paru-parunya, bisa menganggu aspirasi (pernafasan).

Sebenarnya, untuk mengatasi atau mengobatm keracunan yang paling efektif adalah dengan antidot (obat anti racun). Namun sayangnya, di seluruh dunia ini baru ada 5% jenis keracunan yang mempunyai antidotnya. “Lebih sayangnya lagi, di Indonesia hanya tersedia 10% saja,” sesal Maurits.

Kendati demikian, untungnya lebih dan 90% penanganan kenacunan di rumah sakit di Indonesia berhasil diatasi dengan menggunakan metode suportif intensif. "Ini adalah bentuk pengobatan berdasarkan gejala. Contohnya, jika pasien kejang kejang, maka dibermkan obat kejang,” tutur pria lulusan UGM ini lagi.

Contoh lainnya, pada kenacunan makanan. Untuk mengeluankan racun dari tubuh, biasanya dilakukan pencucian lambung. Obat pereda nyeri juga dapat diberikan jika korban mengalami kram perut, atau pemberian anti histamin pada keracunan histamin dari ikan.

Dan jika keracunan terjadi pada area kulit (misalnya disebabkan olehpestisida), Daya menganjurkan untuk segera membasuhnya dengan air. “Minimal membasuhnya 15 menit, dan hanus dilakukan di bawah air mengalir, sehingga bahan kimia bisa tersapu bersih dari kulit,” pungkas Kepala Bidang informasi Kenacunan ini.

AGAR RUMAH AMAN DARI RACUN
Tanpa disadari, di dalam rumah ternyata banyak sekali tersimpan produk kimia berbahaya, terutama bagi anak-anak Langkah terbaik untuk menangkaf racun berbahaya ini adalah dengan mencegahnya sehingga rumah tetap menjarji tempat aman bagi Si Kecil. Lakukanlah langkah-langkah pencegahan berikut!

TUTUP RAPAT. Simpan produk kimia rumah tangga pada tempat tertutup, terkunci, dan jauh dari jangkauan anak-anak. Gunakan wadah produk bertutup yang tak mudah dibuka anak-anak

WADAH. Jangan menukar wadah asli produk berbahan kimia den an wadah lain.

LABEL. Jangan melepas atau merusak label pada wadah asli produk-produk berbahan kimia.

PESTISIDA. Lakukan penyemprotan pestisida seperti obat nyamuk satujam sebelum ruangan digunakan.

LINGKUNGAN. Kenali lingkungan sekitar, apakah terdapat tanaman beracun atau hewan berbisa di sekitarnya

MITOS AIR KELAPA DAN SUSU
Mitos yang selama ini beredar di kalangan masyarakat untuk menyembuhkan keracunan adalah dengan pemberian air kelapa atau susu. Benarkah? “Sebenarnya, air kelapa tak bisa menyembuhkan keracunan,” tegas Maurits. Yang benar, air kelapa mengandung banyak sekali cairan ion, sehingga dapat membantu korban yang kehilangan banyak cairan akibat muntah-muntah setelah keracunan.

Hal yang sama juga berlaku untuk susu. Maurits lalu mengingatkan, diperlukan tingkat kehati-hatian ekstra jika ingin menggunakan susu sebagai penetralisir racun. Untuk racun yang larut dalam lemak, pemberian susu tak akan memberikan dampak lebih baik.

“Tujuan memberi susu pada korban adalah untuk memperlambat penyerapan racun pada sirkulasi darah. Tetapi jika racun tadi larut dalam lemak, racun tidak akan terikat oleh susu,” papar Maurits. Sekahi lagi, Daya dan Maurits menegaskan, dalam kasus keracunan, keselamatan nyawa bergantung pada waktu. Jadi, langkah terbaik adalah korban harus segera dibawa ke rumah sakit!
saja. Jalur paparan racun dapat masuk ke dalam tubuh juga bisa melalui pernafasan, kontak dengan kulit atau mata, dan suntikan. “Jadi, jangan menganggap keracunan hanya berbahaya jika melalui mulut saja,” tandas Maurits.

Seseorang yang terkena keracunan, lanjutnya, akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan penyebabnya. Akan tetapi, secara umum gejala-*gejala keracunan bisa terlihat dari luka fisik seperti luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir akibat menelan racun, atau bau nafas seperti bahan kimia jika menelan cat atau minyak tanah.

Lain lagi dengan orang yang mengalami keracunan makanan. Ia biasanya akan mengalami gejala seperti muntah, sulit bernafas, berkeringat, peningkatan produksi air mata dan air liur, diare, pusing, linglung, terkadang kejang, pingsan, bahkan bisa sampai koma. Dan biasanya, kata Maurits, tanda*-tanda ini muncul selang beberapa menit hingga dua jam, pasca menelan suatu makanan.

Sayangnya, masih banyak orang mengalami kesulitan untuk menentukan penyebab keracunan, sekaligus cara menyembuhkannya. Terlebih jika bahan penyebab keracunan belum diketahui, karena korban tak sadarkan din atau tidak ada saksi ketika keracunan tenjadi.

Bila hal ini terjadi, saran Maurits, segera perhatikan keadaan se*keliling korban, mulai dari makanan sampai kemungkinan penyalahgunaan obat. Usahakan juga agar wadah makanan, yang dapat dicurigai sebagai bekas bahan beracun, atau memeriksa muntahan korban yang kemudian diselidiki pihak berwenang.

Namun, langkah utama yang harus dilakukan jika terjadi keracunan di sekitar adalah tetap tenang agar penyebab keracunan dapat diketahui, serta mengutamakan keselamatan jiwa korban dan penolongnya. "Kasus keracunan bisa ditangani asalkan belum terlambat. Jadi, hitungan waktu sangat berperan penting dalam mengatasi keracunan,” tegas Maurits. Karenanya, korban harus segera dibawa ke rumah sakit atau tempat pertolongan medis terdekat.

JANGAN DIMUNTAHKAN!
Lantas, apa yang dapat dilakukan selama tenggang waktu sampai korban keracunan dirawat oleh pihak medis? “Usahakan agar korban tetap sadar dan jangan panik,” ucap Daya. Ibu tiga anak ini juga mengingatkan, jangan pernah memberikan apapun kepada pasien yang sedang dalam kondisi tak sadarkan diri. Apalagi, nekat membuat korban muntah tanpa mengetahui penyebabnya.

Cara membuat muntah orang keracunan ini memang sering dilakukan oleh masyanakat, dengan tujuan agar racun dapat segera keluar dari tubuh. Padahal, menurut Maurits, cara tadi sebenarnya justru bisa membahayakan nyawa korban!

“Pada beberapa kasus keracunan, akibatnya akan lebih fatal jika dimuntahkan,” ungkap ayah tiga putri ini. Misalnya pada keracunan minyak tanah, sebenarnya jika didiamkan dalam waktu 3-4 jam, korban akan merasa nyaman kembali. Sebaliknya, lanjut Kepala Sub Bidang Toksikovigilans ini, jika dimuntahkan, satu tetes saja minyak tanah tadi masuk ke dalam paru-parunya, bisa menganggu aspirasi (pernafasan).

Sebenarnya, untuk mengatasi atau mengobatm keracunan yang paling efektif adalah dengan antidot (obat anti racun). Namun sayangnya, di seluruh dunia ini baru ada 5% jenis keracunan yang mempunyai antidotnya. “Lebih sayangnya lagi, di Indonesia hanya tersedia 10% saja,” sesal Maurits.

Kendati demikian, untungnya lebih dan 90% penanganan kenacunan di rumah sakit di Indonesia berhasil diatasi dengan menggunakan metode suportif intensif. "Ini adalah bentuk pengobatan berdasarkan gejala. Contohnya, jika pasien kejang kejang, maka dibermkan obat kejang,” tutur pria lulusan UGM ini lagi.

Contoh lainnya, pada kenacunan makanan. Untuk mengeluankan racun dari tubuh, biasanya dilakukan pencucian lambung. Obat pereda nyeri juga dapat diberikan jika korban mengalami kram perut, atau pemberian anti histamin pada keracunan histamin dari ikan.

Dan jika keracunan terjadi pada area kulit (misalnya disebabkan olehpestisida), Daya menganjurkan untuk segera membasuhnya dengan air. “Minimal membasuhnya 15 menit, dan hanus dilakukan di bawah air mengalir, sehingga bahan kimia bisa tersapu bersih dari kulit,” pungkas Kepala Bidang informasi Kenacunan ini.

AGAR RUMAH AMAN DARI RACUN
Tanpa disadari, di dalam rumah ternyata banyak sekali tersimpan produk kimia berbahaya, terutama bagi anak-anak Langkah terbaik untuk menangkaf racun berbahaya ini adalah dengan mencegahnya sehingga rumah tetap menjarji tempat aman bagi Si Kecil. Lakukanlah langkah-langkah pencegahan berikut!

TUTUP RAPAT. Simpan produk kimia rumah tangga pada tempat tertutup, terkunci, dan jauh dari jangkauan anak-anak. Gunakan wadah produk bertutup yang tak mudah dibuka anak-anak

WADAH. Jangan menukar wadah asli produk berbahan kimia den an wadah lain.

LABEL. Jangan melepas atau merusak label pada wadah asli produk-produk berbahan kimia.

PESTISIDA. Lakukan penyemprotan pestisida seperti obat nyamuk satujam sebelum ruangan digunakan.

LINGKUNGAN. Kenali lingkungan sekitar, apakah terdapat tanaman beracun atau hewan berbisa di sekitarnya

MITOS AIR KELAPA DAN SUSU
Mitos yang selama ini beredar di kalangan masyarakat untuk menyembuhkan keracunan adalah dengan pemberian air kelapa atau susu. Benarkah? “Sebenarnya, air kelapa tak bisa menyembuhkan keracunan,” tegas Maurits. Yang benar, air kelapa mengandung banyak sekali cairan ion, sehingga dapat membantu korban yang kehilangan banyak cairan akibat muntah-muntah setelah keracunan.

Hal yang sama juga berlaku untuk susu. Maurits lalu mengingatkan, diperlukan tingkat kehati-hatian ekstra jika ingin menggunakan susu sebagai penetralisir racun. Untuk racun yang larut dalam lemak, pemberian susu tak akan memberikan dampak lebih baik.

“Tujuan memberi susu pada korban adalah untuk memperlambat penyerapan racun pada sirkulasi darah. Tetapi jika racun tadi larut dalam lemak, racun tidak akan terikat oleh susu,” papar Maurits. Sekahi lagi, Daya dan Maurits menegaskan, dalam kasus keracunan, keselamatan nyawa bergantung pada waktu. Jadi, langkah terbaik adalah korban harus segera dibawa ke rumah sakit!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar